Seorang pemimpin memiliki peranan strategis untuk menentukan jalannya roda organisasi dan kinerja suatu lembaga. Baik buruknya sebuah organisasi, banyak ditentukan oleh kualitas pemimpin dengan bentuk kepemimpinannya yang dijalankannya. Melihat pada pentingnya peranan dari seorang pemimpin, maka pemimpin haruslah terus berkembang dalam rangka untuk memenuhi perubahan kebutuhan dan tuntutan-tuntutan baru yang berbeda di masyarakat.
Perubahan yang saat ini terjadi adalah perkembangan dalam bidang teknologi yang mempermudah komunikasi antar individu dan semakin meningkatnya kegiatan strategis antar tempat yang letaknya berjauhan secara geografis. Hal tersebut memunculkan gaya kepemimpinan baru-
virtual leadership. Artikel ini akan membahas tantangan yang dihadapi dan kompetensi yang dibutuhkan oleh
virtual leader dan bagaimana cara mengembangkan gaya kepemimpinan ini
dalam sebuah lingkungan yang baru.
Menurut beberapa , peranan virtual leader tidak jauh berbeda dengan traditional leader dimana face-to-face interaction terjadi, namun yang membedakan adalah mereka harus memimpin tim virtual dengan komunikasi yang lebih terbatas. Beberapa tantangan utama yang dihadapi oleh virtual leader adalah kurangnya interaksi fisik dan kurangnya kepercayaan dari anggota tim. Perbedaan jarak, waktu, budaya dan bahkan hukum menyebabkan tingkat kompleksitas dari tim semakin tinggi.
Keadaan geografis yang berjauhan juga mengurangi intensitas interaksi sosial antar anggota, padahal interaksi sosial dapat menumbuhkan sikap saling memahami yang sangat dibutuhkan untuk membangun kepercayaan antar anggota tim. Tantangan utama yang terakhir adalah kesulitan untuk memisahkan kehidupan pribadi dengan tim dikarenakan perbedaan zona waktu yang berbeda sehingga dapat dikatakan anggota tim harus siap sedia kapan pun juga.
Agar dapat mengatasi tantangan-tantangan tersebut, seorang virtual leader harus memiliki beberapa kompetensi, yang pertama adalah communication skills-setiap pemimpin virtual harus dapat berkomunikasi dengan efektif melalui teknologi yang tersedia. Kedua, personal attributes and trust building-Atribut-atribut ini mencakup keterbukaan pikiran, fleksibel, peka, jujur dan kemampuan untuk menangani kompleksitas dan membangun kepercayaan. Terdapat kompentensi lain yang diperlukan oleh pemimpin virtual global yaitu kemampuan untuk mempelajari budaya baru dari negara lain dan beradaptasi secara cepat dengan lingkungan baru tersebut.
Perkembangan virtual leader ini dapat terus ditingkatkan melalui pelatihan dan pengembangan. Dari sini, pemimipin akan dibekali dengan cara-cara untuk menjawab tantangan-tantangan dalam e-leadership. Selain itu perlunya untuk selalu melakukan pengawasan, dukungan dan umpan balik dapat terus memberikan ruang bagi perkembangan desain pelatihan untuk virtual leader.
Virtual leadership
sekali lagi tidak dapat dikategorikan lebih sederhana atau lebih dari kompleks dengan traditional leadership. Terdapat keunggulan dan kelemahan masing-masing, seperti mungkin saja seorang pemimpin tradisional dapat membangun kepercayaan lokal namun tidak secara virtual. Satu hal yang pasti, seorang pemimpin virtual harus dapat memahami tantangan yang dihadapi oleh timnya dan harus melakukan upaya lebih untuk memastikan timnya menggunakan segala daya yang ada untuk mencapai tujuan tim yang telah ditetapkan.