Ingin mencari tumpangan gratis? Tinggallah di Tallinn.
Ibu kota Estonia menjadi ibu kota pertama di dunia yang menawarkan transportasi umum gratis untuk semua penduduknya. Hanya butuh kartu transit yang membuktikan bahwa seseorang benar-benar tercatat tinggal di Tallin--maka bus dan trem kota pun gratis.
"Saya hidup dengan anggaran tipis karena tak banyak pekerjaan sekarang," kata Mare Tulp, yang baru saja mendaftar sebagai warga Tallinn. "Saya harus menghemat apa yang bisa saya hemat, jadi saya senang dengan angkutan umum gratis ini. Ini hal yang sangat baik untuk orang biasa."
Tiga bulan setelah peluncuran inisiatif ini, pejabat kota menyebutnya sebagai sebuah kesuksesan meski mereka yang skeptis menyebut skema ini mahal, dan sekadar trik meraih suara untuk pemilu daerah berikutnya.
Skema gratis ini adalah hasil pemikiran Wali Kota Edgar Savisaar yang ingin mengurangi kemacetan serta polusi sambil mengurangi pengeluaran warga miskin perkotaan.
Savisaar menyebut proyek ini "Gaji ke-13" karena, menurut dia, keluarga bisa menghemat satu bulan gaji karena mereka bisa berkeliling Tallinn secara gratis.
Wakil Wali Kota Taavi Aas mengatakan eksperimen ini akan membebani anggaran perkotaan sebesar 12 juta Euro per tahun (Rp149 miliar). Jumlah penumpang naik 10 persen, sementara jumlah mobil di jalan-jalan perkotaan turun sebanyak 15 persen, menurut laporan Dinas Perhubungan Tallinn.
Polling opini kota terbaru menunjukkan 9 dari 10 penduduk kota puas dengan proyek ini.
"Orang-orang kini lebih sering berkeliling kota saat akhir pekan," kata Aas. "Ini artinya mereka juga lebih banyak berbelanja, yang mendorong ekonomi."
Pejabat kota mengatakan masih terlalu dini untuk menilai seberapa besar pengaruh kebijakan ini pada ekonomi kota.
Namun program ini diharapkan akan meningkatkan pemasukan pajak kota karena persyaratan pendaftarannya menarik jumlah penduduk kota yang bisa ditariki pajak.
Menurut perhitungan kota, sekitar 40 ribu orang tinggal dan bekerja di Tallinn terdaftar di kota lain. Tapi sejak 1 Januari, ada 5000 penduduk baru di Tallinn dibandingkan 3600 orang yang mendaftar izin tinggal di Tallinn sepanjang 2012 lalu.
Dengan 1000 penduduk baru, kota menghitung ada pemasukan pajak 1 juta Euro yang artinya akan mengurangi beban program angkutan umum gratis untuk tahun ini, kata Aas.
Artinya kota dengan 425 ribu penduduk ini bisa menikmati bus dan tram dengan gratis. Tapi orang harus tetap terdaftar sebagai penduduk kota dan membeli kartu transit senilai 2 Euro (Rp25 ribu).
Saat di dalam bus atau tram, kartu transit itu harus ditempelkan ke mesin pembaca elektronik. Jika tidak, maka orang akan kena denda 40 Euro (Rp498 ribu) jika ada pemeriksa.
Memasang sistem tersebut sangat mudah dilakukan di Estonia yang berteknologi tinggi, tempat lahirnya Skype, serta pionir pemilihan suara elektronik.
Banyak ibu kota Eropa lainnya, termasuk London, memiliki sistem transportasi elektronik serupa, namun bedanya penduduk Tallinn tak harus mengisi uang di kartu transit mereka (turis atau orang dari luar kota tetap harus mengisi).
Kartu transit Tallinn yang personal memungkinkan Dinas Perhubungan setempat mencatat pola perjalanan setiap orang. Muncul kekhawatiran akan adanya pengawasan berlebihan negara, namun pejabat kota bilang pencatatan pola perjalanan ini akan membantu memperbaiki layanan angkutan umum.
Tallinn bukanlah yang pertama menawarkan angkutan umum gratis. Banyak kota kecil di Eropa, termasuk Hasselt di Belgia dan Colomiers di Prancis, sudah mencobanya, selain juga beberapa kota di Cina. Di New York, Wali Kota Michael Bloomberg tengah menggodok ide serupa.
Tapi Tallinn adalah ibu kota pertama dan kota terbesar setelah Changning di Cina tengah yang mengenalkan angkutan umum gratis, kata Aas.
Dua risiko terbesar proyek ini, seperti kekurangan kapasitas bus dan gelandangan yang menghabiskan seharian di bus, sampai sekarang tak terjadi.
Mereka yang menantang rencana ini mengatakan eksperimen ini adalah proyek menuju kehancuran dan akan membuat Tallinn bangkrut. Anggota parlemen Valdo Randpere dari Partai Reformasi Konservatif, partai berkuasa di pemerintahan sayap tengah kanan Estonia, bilang Savisaar menghabiskan uang pajak untuk "tujuan dan agenda pribadi."
"Ada banyak area pengembangan di mana kota harusnya berinvestasi tapi mereka tak punya cukup uang," kata Randpere, mantan anggota Dewan Kota Tallinn. "Kedengarannya bagus, tapi ini hanya populis saja."
Penduduk Tallinn pun ada yang mengeluhkan pengaruh skema ini pada bisnis mereka.
Andrea Green, manajer perusahaan taksi Saksa Takso, mengatakan angkutan umum Tallinn yang gratis menghancurkan pengusaha kecil dan berisiko mengambil pekerjaan supir taksi. Pesanan taksi turun 25 persen dalam dua bulan pertama 2013 dibandingkan dengan periode yang sama pada 2012.
"Kota harusnya berinvestasi dengan memperbaiki kondisi jalanan di Tallinn," kata dia.
Tapi penduduk Tallinn dengan pemasukan terbatas, angkutan umum gratis ini adalah sebuah berkah.
"Program ini memberi saya kebebasan," kata Tulp, sambil naik ke bus menuju rumahnya di pinggiran Tallinn. "Bukan hanya sekadar uang."